Khutbah Jumat: Bahaya Sikap Julid dalam Kehidupan Seorang Muslim
NU Online · Kamis, 6 November 2025 | 20:00 WIB
Ilustrasi julid. (Foto: NU Online/Freepik)
Kolomnis
Di zaman sekarang, perilaku julid sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Di media sosial, banyak orang dengan mudah mengomentari, menyindir, bahkan mencela kekurangan orang lain. Padahal, di balik kebiasaan itu tersimpan penyakit hati seperti dengki, ghibah, dan adu domba yang secara tegas dilarang oleh agama. Karenanya, kita perlu berhati-hati dan selalu wawas diri.
Khutbah Jumat dengan judul, “Khutbah Jumat: Bahaya Sikap Julid dalam Kehidupan Seorang Muslim”, Untuk mencetak naskah khutbah ini, silahkan klik ikon print berwarna merah di atas atau di bawah artikel ini. Semoga bermanfa’at.
Khutbah I
اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِصِيَانَةِ اللِّسَانِ عَنِ الْمُسْلِمِينَ، وَنَهَانَا عَنِ الْغِيبَةِ وَالنَّمِيمَةِ وَالظُّلْمِ لِلنَّاسِ أَجْمَعِينَ، وَوَعَدَ لِمَنْ طَهَّرَ قَلْبَهُ وَحَفِظَ لِسَانَهُ جَنَّاتِ النَّعِيمِ وَرِضْوَانَ رَبِّ الْعَالَمِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَشَفِيْعَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَدَّى الْأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ الْأُمَّةَ حَتَّى أَتَاهُ الْيَقِيْنُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ تَعَالَى ، فَقَدْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ الْمُبِينِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللّٰهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Baca Juga
Khutbah Jumat: 3 Penyakit Hati yang Harus Dijauhi
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Segala puji marilah kita haturkan ke hadirat Allah Swt, Dzat yang telah melimpahkan kepada kita begitu banyak anugerah. Di antaranya, kita masih diberi kesempatan untuk bernafas dengan lancar, tubuh yang bugar, serta cahaya iman yang senantiasa menuntun langkah kita menuju surga dan terhindar dari neraka.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, pembawa risalah kebenaran yang telah mengajarkan kita untuk hidup dengan hati yang bersih, lisan yang santun, dan perilaku yang terpuji. Semoga rahmat itu juga tercurah kepada keluarga beliau, para sahabat, serta seluruh umat Islam yang setia mengikuti jalan Beliau hingga akhir zaman.
Selanjutnya, marilah kita terus meningkatkan kualitas takwa kepada Allah Swt, dengan memperbanyak amal saleh dan menahan diri dari segala bentuk keburukan. Salah satu caranya adalah dengan menjaga lisan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70-71 disebutkan:
Baca Juga
Khutbah Jumat: Iri dan Dengki, Pembunuh Rasa Syukur
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.”
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Di zaman sekarang, kita semakin sering menemukan, perilaku julid yang seolah-olah dinormalisasi oleh sebagian masyarakat. Berbagai platform media sosial yang seharusnya menjadi tempat atau sarana untuk berbagi kebaikan, justru penuh dengan sikap julid dalam bentuk komentar-komentar negatif, cibiran, dan olokan terhadap orang lain. Padahal, aktivitas semacam itu sangat tidak diperbolehkan dalam Islam.
Seperti yang kita sama-sama tahu, bahwa julid merupakan perilaku iri terhadap keberhasilan orang lain di sekitar kita, yang tercermin lewat tindakan mengomentari atau menyindir mereka dengan tujuan menjatuhkan atau mencemooh. Tanpa tersadari, terkadang kebiasaan ini kita lakukan secara langsung lewat ucapan, namun tidak jarang pula lewat tulisan di media sosial.
Mengapa perilaku yang demikian sangat tidak diperkenankan bagi seorang muslim? Sebab, tindakan julid setidaknya beririsan dengan 3 perbuatan tercela yang terlarang dalam Islam, yakni hasad, ghibah, dan namimah.
Pertama, julid sering kali lahir dari perasaan hasad (iri hati). Yakni, saat seseorang merasa tidak senang melihat keberhasilan, kebahagiaan, atau kelebihan orang lain, maka rasa iri itu muncul dan tersalurkan lewat komentar, ujaran kebencian, dan sindiran. Fenomena perilaku semacam ini merupakan salah satu bentuk julid yang paling sering kita temukan dalam kehidupan, baik di dunia nyata atau dalam ruang digital sehari-hari.
Kita sebagai hamba Allah yang merasa diri sebagai muslim, tidak boleh melakukan hal tersebut. Secara tegas dilarang oleh Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadits, bersumber dari Anas bin Malik disebutkan:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللّٰهِ إِخْوَانًا،
Artinya: “Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, Janganlah kalian saling membenci, jangan saling iri hati (hasad), dan jangan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim)
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Selain mengarah kepada hasad, julid juga hampir selalu berujung pada ghibah (menggunjing). Orang yang julid kerap membicarakan keburukan orang lain, mengomentari penampilan, ucapan, atau kehidupan pribadi orang lain yang tidak ada kaitannya dengan dirinya. Meskipun dibungkus dengan humor atau ucapan “hanya bercanda,” namun hakikatnya sama karena tetap mengupas aib yang seharusnya ditutup.
Sebagaimana yang telah maklum, perbuatan ghibah adalah salah satu dosa besar, terlarang dan dapat merugikan diri sendiri. Disebutkan dalam hadits Rasulullah Saw, diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ، لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ، وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللّٰهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللّٰهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ
Artinya: “Rasulullah Saw bersabda, Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya tetapi imannya belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian menggunjing (mengghibah) kaum Muslimin dan jangan mencari-cari kesalahan mereka. Sesungguhnya siapa yang mencari-cari kesalahan saudaranya, Allah akan membuka aibnya; dan siapa yang Allah buka aibnya, maka Allah akan mempermalukannya meskipun di dalam rumahnya sendiri.” (HR. Ahmad)
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Setelah hasad dan ghibah, julid juga acap kali menggiring kepada namimah. Karena ketika informasi sensitif-negatif disebarkan, di-capture, atau diceritakan ulang, maka akan mengantarkan kepada adu domba.
Julid jenis ini, memang awalnya hanya komentar pribadi, namun bisa berakibat fatal. Karenanya, hubungan pertemanan ddan silaturahmi dapat terputus, menimbulkan kebencian, bahkan mengadu satu pihak dengan pihak lain.
Selain itu, dengan kita melakukan julid yang menjurus kepada namimah ini pula, langkah cita-cita kita yang ingin masuk surga, juga dapat terhenti seketika. Sebab, dalam hadits riwayat Imam Muslim disebutkan:
فَقَالَ حُذَيْفَةُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
Artinya: “Dari Hudzaifah r.a. berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba (nammam).” (HR. Muslim)
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Kita memahami bahwa sikap julid bukanlah hal yang sepele. Ia bisa berawal dari rasa iri, lalu berubah menjadi ghibah, dan berakhir pada namimah. Tiga hal ini merupakan dosa besar yang sangat dilarang dalam Islam karena dapat merusak hati, meretakkan hubungan antarsesama, serta menghapus pahala amal kebaikan.
Maka, kita sebagai seorang muslim yang benar-benar memahami ajaran agama, hendaknya menjaga lisan dan menahan diri dari membicarakan keburukan orang lain, baik secara langsung maupun di media sosial.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Muhaimin Yasin, Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman.