Ujian Hidup Nabi Musa dan Janji Allah yang Tidak Pernah Ingkar
Tidak perlu bimbang, bingung ataupun khawatir, seberat apapun ujian kalian, Allah akan memberi solusinya. Ia sudah menyiapkan jalan keluar di setiap ujian para hamba-Nya. Tidak ada satu orang pun yang tidak Ia bebani cobaan, bahkan para nabi dan rasul-Nya. Tinggal bagaimana kalian menghadapi cobaan tersebut. Ingat Ia tidak memberi beban kecuali hamba-Nya bisa memikulnya.
Hal demikian telah Allah buktikan dalam al-Quran surah Taha. Beberapa ayat dari surah itu menunjukkan bagaimana Ia membuat sekenario terbaikNya tentang ujian sekaligus jawabanNya. Ia tidak mungkin meninggalkan hambaNya begitu saja. Berbagai cobaan Nabi Musa terima sejak kecil. Begitu baiknya Allah yang selalu membarenginya untuk menyelesaikan setiap masalahnya, meski Nabi Musa belum sempat memohon padaNya.
Terjalnya Jalan Nabi Musa Kecil
Nabi Musa lahir di saat terjadi tragedi pembuhan masal bayi laki-laki. Kala itu Fir’aun menyuruh pasukannya untuk meluluhlantahkan para bayi laki-laki. Mereka akan menelusuri setiap rumah dan apabila mendapati bayi laki-laki langsung mereka bunuh.
Ibu Nabi Musa sangat khawatir bayinya terbunuh. Ia kemudian berinisiatif menyembunyikan Musa kecil kedalam kendi yang ada di atas tungku perapian. Pasukan Fir’aun lalu masuk ke dalam dan mengecek seisi rumah. Atas izin Allah mereka tidak menyadari adanya bayi di dalam kendi tersebut sehingga Musa kecil aman di dalamnya.
Tak lama, kepanikan menyambar lagi ibu Nabi Musa. Setelah pasukan Fir’aun pergi, saudari Nabi Musa yakni Maryam menyulut tungku perapian tersebut. Saking paniknya ibunya langsung berlari untuk menyelamatkannya. untungnya ia sempat mengeluarkan Musa kecil sebelum matang di dalam kendi.
Hanyut di Arus Sungai Nil
Tidak sampai situ, kehidupan terjal Musa kecil. Allah menyuruh ibu Nabi Musa untuk menaruhnya di dalam peti dan mengikatkannya di atas sungai Nil. Ketika kondisi aman ibunya menggendongnya dan menyusuinya lalu ia letakkan kembali kedalam peti. Hal seperti itu yang selalu Ibu Nabi Musa lakukan hingga Allah memerintahnya untuk menghayutkan peti dan membiarkan mengalir mengikuti arus sungai Nil.
Suatu ketika Fir’aun dan istrinya duduk santai di tepi sungai Nil. Istrinya tidak sengaja menemukan peti yang terhanyut kemudian mengambilnya. Saat membuka peti tadi begitu mengejutkan ternyata isinya adalah bayi yang begitu tampan. Fir’an yang melihatnya langsung terenyuh hatinya dan sangat ingin merawatnya.
Inilah maksud dari firman Allah surah Thaha ayat 38-39 yang berbunyi:
اِذْ اَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّكَ مَا يُوْحٰىٓۙ ٣٨ اَنِ اقْذِفِيْهِ فِى التَّابُوْتِ فَاقْذِفِيْهِ فِى الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِّيْ وَعَدُوٌّ لَّهٗۗ وَاَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّيْ ەۚ وَلِتُصْنَعَ عَلٰى عَيْنِيْۘ ٣٩
Artinya: (yaitu) ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu sesuatu yang diilhamkan. (Ilham itu adalah perintah Kami kepada ibumu,) ‘Letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Maka, biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi. Dia akan diambil oleh (Fir‘aun) musuh-Ku dan musuhnya.’ Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang dari-Ku dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku.
Rintangan di Dalam Istana Fir’aun
Fir’aun sedikit kesusahan saat merawat Musa kecil lantaran ia tidak ingin menyusu sama sekali. Kemudian Fir’aun membuka jasa bagi siapapun wanita yang dapat menyusui Musa kecil. Banyak wanita yang berkumpul di istana, sayangnya tidak ada satu pun yang bisa membuatnya ingin menyusu. Kabar ini sampai ke saudarinya dan memberitahukan ibunya agar pergi ke istana. Alhasil ibu Nabi Musa ke istana dan bisa membuat Musa kecil membuka mulutnya untuk minum susu.
Selama 12 tahun Nabi Musa bersama dengan Fir’aun hingga kemudian mengembara ke daerah Madyan. Semasa Nabi Musa bersama Fir’au banyak hal telah terjadi. Sempat suatu ketika Fir’aun curiga dengan Musa kecil, mengira ia adalah bayi laki-laki yang akan melengserkan kedudukannya.
Untuk memastikan Fir’aun menyiapakan dua buah piring yang berisi kurma dan bara api. Kemudian ia melepaskan Musa kecil dan membiarkan ia memilih anatara keduanya. Awalnya Musa kecil merangkak untuk mengambil kurma tapi dengan pertolongan Allah, Malaikat Jibril turun dan mengarahkan tangannya agar mengambil bara api.
Sebelum kepergiaannya dari istana Nabi Musa juga pernah tidak sengaja membunuh orang. orang itu adalah juru masak Fir’aun. Postur tubuh Nabi Musa memang dempal dan kuat tenaganya, maka tidak heran sekali terkena hantamannya seorang bisa tewas. Meski begitu Allah menyelamatkan lagi dan lagi Nabi Musa atas kejadian tersebut.
Kisah tersebut tercantum pada lanjutan ayat di atas sebagai berikut:
اِذْ تَمْشِيْٓ اُخْتُكَ فَتَقُوْلُ هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰى مَنْ يَّكْفُلُهٗۗ فَرَجَعْنٰكَ اِلٰٓى اُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ ەۗ وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنٰكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنّٰكَ فُتُوْنًا ەۗ فَلَبِثْتَ سِنِيْنَ فِيْٓ اَهْلِ مَدْيَنَ ەۙ ثُمَّ جِئْتَ عَلٰى قَدَرٍ يّٰمُوْسٰى ٤٠
Artinya: Ketika saudara perempuanmu berjalan (untuk mengawasi dan mengetahui berita), dia berkata (kepada keluarga Fir‘aun), ‘Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?’ Maka, Kami mengembalikanmu kepada ibumu agar senang hatinya dan tidak bersedih. Engkau pernah membunuh seseorang (tanpa sengaja) lalu Kami selamatkan engkau dari kesulitan (yang besar) dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan (yang berat). Lalu, engkau tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian engkau, wahai Musa, datang menurut waktu yang ditetapkan.
Begitu juga saat Nabi Musa dewasa, ada hal yang harus siap ia emban yaitu berdakwah di depan Fir’aun. Sebelum itu, Allah telah mempersenjatainya dengan berbagai mukjizat dan mengabulkan doa-doanya yang tertera pada ayat-ayat sebelumnya. Hingga pada akhirnya ia mampu menghadapi Fir’uan yang mengaku tuhan.
Kisah Nabi Musa ini mengajarkan bahwa hidup pasti akan menemui cobaan. Apapun derajat seorang hamba di sisi Allah, ia tetap bertemu dengan berbagai ujian. Bahkan ada yang mengatakan ujian para nabi lebih berat dari pada umatnya supaya para umatnya tidak teralau mengeluh atas ujian yang menimpanya. Misalnya saja Nabi Musa dari kisah di atas, ia harus melewati jalan yang begitu terjal sejak bayi hingga dewasa.
Penulis: Ahmad Basunjaya Ikhsan
Editor: Muh. Sutan