Benarkah Air Ruqyah Bisa Mencegah Bunuh Diri? - NU Online

Central Informasi
By -
0

 

Benarkah Air Ruqyah Bisa Mencegah Bunuh Diri?

NU Online  ·  Senin, 1 Desember 2025 | 14:00 WIB

Benarkah Air Ruqyah Bisa Mencegah Bunuh Diri?

Ilustrasi air. Sumber: Canva/NU Online.

Syifaul Qulub Amin

Kolomnis

Ruqyah merupakan metode pengobatan klasik di dunia Islam yang masih diterapkan hingga sekarang. Metode pengobatan dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur'an, doa-doa, serta dzikir-dzikir ini dipercaya ampuh mengobati berbagai penyakit, baik yang bersifat medis atau non-medis, penyakit lahiriah atau gangguan mental. Landasannya pun dijelaskan dalam al-Qur'an. Allah SWT berfirman:


وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا


Artinya: “Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian.” (QS Al-Isra’ [17]: 82).

Baca Juga

Ruqyah menurut Islam: Pengertian, Dalil, dan Hukumnya 


Syekh Nawawi, dalam tafsirnya, menjelaskan diksi "syifa" sebagai sebuah penawar atau obat dari segala penyakit baik lahir atau batin, sebagaimana redaksi berikut:


وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ ما هُوَ شِفاءٌ من جميع الأمراض الظاهرة والباطنة


Artinya: “Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dari segala penyakit lahir dan batin”. (Syekh Nawawi Banten, Murarul Labid li Kasyfi Ma'nal Qur‘anil Majid, [Beirut: Darul Kutub Ilmiyyah], jilid I, hal. 635).


Apa Benar Air Ruqyah Dijelaskan di Dalam Hadits?

Benar sekali, dijelaskan. Dalam hadits dijelaskan beberapa praktik ruqyah. Di antara praktiknya, yaitu dengan menuliskan nama Allah atau ayat al-Qur'an lalu dibasuh atau dicelupkan ke air. Setelah itu, orang yang sakit diusap atau disiram dengan air itu. Praktik ini istilahnya adalah nusyrah. Dan nusyrah ini termasuk dari macam ruqyah.

Baca Juga

Metode Ruqyah Aswaja Makin Diminati Warga NU


Saat menafsirkan ayat di atas, Imam Abu Hayyan al-Andalusi mengatakan bahwa ada yang menafsirkan diksi syifa' dengan ruqyah dan juga beliau menjelaskan salah satu dari praktik ruqyah yang disebut nusyrah.


وَقِيلَ: شِفَاءٌ بِالرُّقَى وَالْعَوْذِ كَمَا جَاءَ فِي حَدِيثِ الَّذِي رَقِيَ بِالْفَاتِحَةِ مِنْ لَسْعَةِ الْعَقْرَبِ.  وَاخْتَلَفُوا فِي النُّشْرَةِ وَهُوَ أَنْ يُكْتَبَ شَيْءٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللَّهِ تَعَالَى أَوْ مِنَ الْقُرْآنِ ثُمَّ يُغْسَلُ بِالْمَاءِ ثُمَّ يُمْسَحُ بِهِ الْمَرِيضُ أَوْ يُسْقَاهُ، فَأَجَازَ ذَلِكَ ابْنُ الْمُسَيَّبِ وَلَمْ يَرَهُ مُجَاهِدٌ.  وَعَنْ عَائِشَةَ: كَانَتْ تَقْرَأُ بِالْمُعَوِّذَتَيْنِ فِي إِنَاءٍ ثُمَّ تَأْمُرُ أَنْ يُصَبَّ عَلَى الْمَرِيضِ


Artinya: “Dikatakan, (diksi syifa'un) adalah penawar dengan cara ruqyah sebagaimana hadits tentang ruqyah dengan (ayat) fatihah untuk (menyembuhkan) sengatan kalajengking.

“Ulama berbeda pendapat tentang hukum nusyrah, yaitu menulis nama Allah SWT atau ayat Qur'an, lalu dibasuh (dicelupin) dengan air, kemudian diusap atau disiram kepada orang yang sakit.

Baca Juga

Metode Ruqyah Sembuhkan Anak yang Kecanduan Game Online

“Imam Ibnu Musayyab memperbolehkan praktik tersebut dan Imam Mujahid tidak berkomentar. Diceritakan dari Siti Aisyah bahwa beliau membaca ayat mu'awwidzatain di suatu wadah (berisi air), lalu beliau diperintah untuk menuangkannya ke orang yang sakit.” (Imam Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahrul Muhith, [Beirut: Darul Fiqr, 1420 H], jilid VII, hal. 104).


Dalam suatu kesempatan, Rasulullah SAW pernah ditanya soal "nusyrah" ini, seperti redaksi berikut:


سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النُّشْرَةِ ، فَقَالَ: هُوَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ


Artinya: "Nabi  pernah ditanya tentang Nusyrah, lalu beliau menjawab: 'ia adalah bagian dari amal setan." (HR Abu Daud dalam Sunan Abi Daud).

Syekh al-Adhim Abadi, dalam Aunul Ma'bud mengutip dalam kitab an-Nihayah dan Fathul Wadud, menyebutkan bahwa nusyrah termasuk dari macam ruqyah dan praktik nusyrah yang termasuk amal setan adalah praktik yang memakai nama-nama setan atau dibacakan seseorang yang tidak jelas. Sedangkan jika memakai nama-nama Allah SWT atau doa-doa yang ma'tsur dari Nabi SAW, maka diperbolehkan. Simak redaksi berikut:


 قَالَ فِي النِّهَايَةِ النُّشْرَةُ بِالضَّمِّ ضَرْبٌ مِنَ الرُّقْيَةِ وَالْعِلَاجِ يُعَالَجُ بِهِ مَنْ كَانَ يَظُنُّ أَنَّ بِهِ مَسًّا مِنَ الْجِنِّ سُمِّيَتْ نُشْرَةً لِأَنَّهُ يُنْشَرُ بِهَا عَنْهُ مَا خَامَرَهُ مِنَ الدَّاءِ أَيْ يُكْشَفُ وَيُزَالُ وَقَالَ الْحَسَنُ النُّشْرَةُ مِنَ السِّحْر….انتهي
وَفِي فَتْحِ الْوَدُودِ لَعَلَّهُ كَانَ مُشْتَمِلًا عَلَى أَسْمَاءِ الشَّيَاطِينِ أَوْ كَانَ بِلِسَانٍ غَيْرِ مَعْلُومٍ فَلِذَلِكَ جَاءَ أَنَّهُ سِحْرٌ سُمِّيَ نُشْرَةً لِانْتِشَارِ الدَّاءِ وَانْكِشَافِ الْبَلَاءِ بِهِ
 هُوَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ) أَيْ مِنَ النَّوْعِ الَّذِي كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يُعَالِجُونَ بِهِ وَيَعْتَقِدُونَ فِيهِ وَأَمَّا مَا كَانَ مِنَ الْآيَاتِ الْقُرْآنِيَّةِ وَالْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ الرَّبَّانِيَّةِ وَالدَّعَوَاتِ الْمَأْثُورَةِ النَّبَوِيَّةِ فَلَا بَأْسَ بِهِ

Artinya: “Dalam kitab an-Nihayah dikatakan bahwa nusyrah, dengan dibaca dhammah nunnya, adalah macam dari ruqyah dan pengobatan yang (konon) dapat mengobati seseorang yang diduga terkena (gangguan) jin. Disebut nusyrah, karena sebab itu penyakit yang menetap dapat dibuka atau dihilangkan. Imam Hasan Basri mengkategorikan nusyrah sebagai sihir….”


“Dalam kitab Fathul Wadud dikatakan, nusyrah yang termasuk sihir adalah praktik yang memuat atau memakai nama-nama setan atau dengan lisannya orang yang tidak diketahui (asal usulnya). Karena itu, praktik seperti itu termasuk sihir. Disebut nusyrah karena dapat menghilang malapetaka.


“Nusyrah yang termasuk amal setan adalah macam (praktik) pengobatan yang dilakukan dan diyakini orang-orang jahiliah. Sedangkan yang memakai media al-Qur'an, nama-nama dan sifat Tuhan, atau doa-doa yang bersumber dari Nabi, hukumnya diperbolehkan.” (Syekh al-Adhim Abadi, Aunul Ma'bud, [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1415 H], jilid X, hal. 249).


Siapakah yang Berhak Mendoakan Air Ruqyah?

Sejatinya uraian pada subjudul sebelum sudah mengisyaratkan jawaban dari pertanyaan ini, yaitu harus dilakukan orang-orang saleh. Bukan orang-orang yang tidak jelas asalnya, sepertinya penjelasan di atas. Selain itu, hal ditegaskan oleh Ibnu At-Tin, beliau berkata:


قال ابن التين : الرقية بالمعوذات وغيرها من أسماء الله هو الطب الروحاني، إذا كان على لسان الأبرار من الخلق حصل الشفاء بإذن الله تعالى


Artinya: "Ibnu At-Tin mengatakan: Ruqyah dengan muawwizat  (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas) dan selain itu berupa nama-nama Allah adalah pengobatan rohani. Apabila itu keluar dari lidah orang-orang yang baik agamanya niscaya kesembuhan akan datang dengan izin Allah." (Wizaratul Awqaf was Syuunil Islamiah, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, [Kuwait, Darus Salasil: 1427 H], jilid XI, halaman  124).


Dalam konteks keindonesiaan, lazimnya yang melakukan ruqyah dan membacakan doa-doa adalah para kiai atau tokoh agama. Praktik ini sudah sesuai dengan uraian di atas, yakni dilakukan orang baik agamanya, bukan orang sembarangan.


Apakah Penyemprotan Air Ruqyah Efektif untuk Mencegah Bisikan untuk Tidak Bunuh Diri?

Secara umum, jika kita merujuk pada beberapa literatur keislaman, setidaknya pengobatan dengan metode ruqyah, termasuk dengan metode air ruqyah, fungsinya ada dua, yakni (1) mengobati segala penyakit, seperti ulasan di muka; dan (2) mencegah dari marabahan. Rasulullah SAW bersabda: 


أن النبي (صلى الله عليه وسلم) كان يُعوِّذ الحسن والحسين: أُعِيذُكُما بِكَلِماتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطانٍ وَهامَّةِ وَمِنْ كُلّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ


Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW memohon perlindungan (membentengi) Hasan dan Husain (kedua cucunya): ‘saya memohon perlindungan terhadap kamu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan hama, dan dari setiap penyakit ain…..” (HR Bukhari)


Serupa dengan makna hadits ini, apa yang disampaikan Imam Ibnu Abdil Bar berikut:


وأن من الدعاء والاستعاذة والرقى ما يصرف السوء والبلاء والحمد لله كثيرا


Artinya: “Sungguh doa, isti’azah (meminta perlindungan) dan ruqyah dapat menghindarkan diri dari malapetaka dan musibah, dan puji syukur yang banyak dihaturkan ke hadirat Allah SWT atas nikmat tersebut." (Ibnu Abdil Bar, Al-Istizkar, [Beirut: Darul Kutub Al-‘Ilmiah, 2000 M], jilid VIII, hal. 445).


Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa ruqyah, doa, dan isti’azah merupakan perlindungan batin yang diajarkan Nabi SAW untuk menangkal berbagai gangguan, baik dari setan, penyakit ‘ain, maupun malapetaka yang tidak kasat mata. Karena itu, ruqyah adalah bagian penting dari ikhtiar spiritual seorang Muslim, termasuk dalam menghadapi bisikan gelap dan dorongan negatif seperti keinginan untuk menyakiti diri atau bahkan bunuh diri. 

Namun demikian, Islam tidak pernah mengajarkan kita untuk mencukupkan diri dengan ikhtiar batin semata. Ajaran Nabi SAW selalu menekankan perlunya keseimbangan antara usaha spiritual dan usaha lahiriah. Setelah memohon perlindungan kepada Allah melalui ruqyah, seseorang tetap perlu melakukan langkah-langkah nyata yang dapat membantu penyembuhan secara menyeluruh. 


Di antara bentuk ikhtiar lahiriah tersebut adalah berkonsultasi kepada psikiater atau psikolog guna memahami gejala-gejala yang dialami, karena masalah bisikan atau tekanan batin seringkali memiliki aspek medis dan psikologis yang dapat ditangani melalui terapi atau obat yang tepat. Selain itu, mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca Al-Qur’an, memperbanyak dzikir, dan menjaga ibadah dapat menumbuhkan ketenangan hati serta menghadirkan energi spiritual yang positif. 


Melakukan kebaikan kepada sesama juga menjadi bagian dari terapi, karena perbuatan baik dapat menghadirkan rasa bahagia dan menumbuhkan hormon positif yang membantu memperbaiki kondisi mental. Lingkungan yang baik, rutinitas yang sehat, dan aktivitas harian yang positif pun menjadi penopang penting dalam proses pemulihan. 

Dengan demikian, ruqyah merupakan salah satu bentuk ikhtiar yang sangat dianjurkan, tetapi tidak boleh dijadikan satu-satunya sandaran. Menggabungkan ikhtiar batin dan lahir adalah bentuk kepatuhan terhadap sunnah Nabi SAW, karena pada akhirnya semua usaha, baik spiritual maupun medis, adalah bagian dari jalan yang Allah sediakan untuk melindungi dan menyembuhkan hamba-Nya. Wallahu a’lam.


Ustadz Syifaul Qulub Amin, Alumnus PP Nurul Cholil Bangkalan.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default