Ketua PWNU Jatim: Istighotsah Ajaran Leluhur Sikapi Bencana dan Musibah
NU Online · Rabu, 3 Desember 2025 | 07:00 WIB

Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz, saat istighotsah di Aula KH M Hasyim Asy’ari lantai 3 Kantor PWNU Jatim, Selasa (02/12/2025). (Foto: NOJ/ Istimewa)
Surabaya, NU Online Jatim
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, mengungkapkan bahwa istighotsah merupakan bagian dari ajaran leluhur dalam menyikapi berbagai bencana yang melanda di Indonesia.
“Agenda ini juga sebagai ikhtiar memohon keteduhan, perlindungan, dan keselamatan kepada Allah swt di tengah musibah yang terjadi,” ujarnya saat acara ‘Istghotsah dan Doa Bersama’ yang digelar PWNU Jatim di Aula KH M Hasyim Asy’ari lantai 3 Kantor PWNU Jatim, Selasa (02/12/2025).
Gus Kikin menyampaikan, terjadinya banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan bencana-bencana di daerah lain cukup menyita keprihatinan bersama, termasuk bagi PWNU Jatim.
Untuk itu, pihaknya pun melaksanakan istighotsah dan doa bersama sebagai permohohan untuk meminta perlindungan kepada Allah swt. Menurutnya, agenda ini termasuk jalan muhasabah umat manusia di muka bumi.
“Banyak sekali bencana-bencana pada saat sekarang ini, dan nampaknya juga masih belum berakhir. Oleh karena itu kita memohon (perlindungan) kepada Allah swt," ungkap Gus Kikin.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini mendoakan agar amal baik seluruh korban meninggal diterima oleh Allah swt, termasuk pula bagi korban selamat tetap mendapat curahan keberkahan.
"Dan kita semua dihindarkan (dari musibah). Karena sampai saat ini kita termasuk bagian dari Jawa Timur, alhamdulillah dalam kondisi yang aman tentram," ucapnya.
Di samping itu, Gus Kikin mengajak jamaah Nahdliyin untuk memohon kepada Allah swt supaya hati umat Islam terus diberi kesejukan dalam menghadapi dinamika yang terjadi, khususnya bagi keluarga besar Nahdlatul Ulama.
Ia menambahkan harapan agar melalui istighotsah keluarga besar NU bisa menanamkan dalam setiap laku perbuatan untuk terus bersama-sama dan penuh kasih, sebagaimana yang ditegaskan oleh KH M Hasyim Asy’ari dalam Qanun Asasi NU.