Khutbah Jumat: Petani Adalah Pekerjaan Terbaik - Lirboyo

Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، خَالِقِ الْأَرْضِ وَالسَّمَاءِ، وَمُسَخِّرِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ، وَجَاعِلِ الزَّرْعِ يَخْرُجُ مِنَ الْأَرْضِ بَعْدَ مَوْتِهَا، نَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللّٰهُ عَلَى محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Baca juga: Khutbah Jumat: Mendidik Generasi Muslim Milenial
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Islam tidak pernah memisahkan antara kerja dan ibadah. Bahkan dalam peluh seorang petani, terkandung dzikir yang tidak terucap, dan dalam lumpur yang menempel di kakinya, tersimpan tanda-tanda tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Para ulama dahulu membahas tentang pekerjaan yang paling utama bagi manusia. Dalam beberapa kitab yang kami pelajari di pondok pesantren, para ulama menempatkan petani sebagai pekerjaan terbaik, disusul oleh pekerja kasar seperti tukang bangunan, lalu pedagang.
Mengapa demikian?
Ulama memiliki dua alasan besar.
Pertama, karena petani adalah simbol tawakal.
Ia menanam, tetapi tidak bisa memastikan hasil. Ia menyiram, tetapi tidak bisa menjamin panen. Ia hanya berharap pada rahmat Sang Pencipta langit.
Petani ialah orang yang paling paham arti firman Allah:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya.” (QS. ath-Thalaq: 3)
Kedua, karena petani memberi manfaat besar bagi manusia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)
Coba kita renungkan, wahai jamaah sekalian:
Apa jadinya jika di negeri ini tak ada lagi yang mau menjadi petani? Siapa yang akan menanam padi, siapa yang menumbuhkan pangan bagi kita semua?
Ketika orang lain duduk di ruang berpendingin, para petani berdiri di bawah matahari.
Ketika banyak yang sibuk membangun citra, mereka justru membangun kehidupan.
Namun, tangan-tangan yang menumbuhkan pangan itulah yang sering dilupakan.
Baca juga: Khutbah Jumat: Empat Perkara yang Nilainya Hanya Diketahui oleh Empat Golongan
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Setelah petani, para ulama menempatkan tukang bangunan dan pekerja kasar sebagai yang kedua.
Karena mereka bekerja keras dengan tenaga dan keringat, membantu banyak orang membangun tempat tinggal, masjid, dan fasilitas yang menegakkan kehidupan manusia.
Dan posisi ketiga adalah pedagang, karena Rasulullah ﷺ dan para sahabat juga berdagang. Maka berdagang dengan kejujuran dan niat mengikuti jejak Nabi berarti menjalankan sunnah yang berpahala.
Namun semua profesi itu hanya bernilai di sisi Allah jika disertai niat yang benar dan keikhlasan.
Karena pekerjaan tidak akan mengangkat derajat seseorang, kecuali jika disertai niat ibadah dan manfaat bagi sesama.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Baca juga: Khutbah Jumat: Empat Pilar Menjaga Kesehatan Jasmani Versi Al-Ghazali
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mari kita bertanya pada hati kita masing-masing:
Apakah profesi kita hari ini adalah pekerjaan atau kewajiban?
Karena jika ia adalah kewajiban — seperti guru yang mengajar, penulis yang menyampaikan ilmu, atau ulama yang berdakwah — maka ia bukan sekadar profesi, tapi tanggung jawab ruhani.
Sedangkan petani, dengan kesederhanaannya, dengan tangannya yang kasar karena cangkul dan lumpur, justru sedang menjalankan ibadah sosial yang mulia.
Mereka yang menanam untuk memberi makan orang lain, tanpa menuntut ucapan terima kasih, adalah teladan nyata dari makna ikhlas dan manfaat.
Maka, jangan malu menjadi anak seorang petani.
Jangan gengsi memiliki leluhur yang bercocok tanam.
Karena dari tanah mereka, tumbuh rizki yang menyambung hidup jutaan manusia.
Hargailah tangan-tangan yang menumbuhkan pangan.
Doakan mereka dalam setiap suapan nasi yang kita telan.
Dan semoga Allah menumbuhkan dalam hati kita rasa syukur kepada para pekerja bumi yang diam-diam menjaga keberlangsungan kehidupan.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.
اَللّٰهُمَّ بَارِكْ فِي الزُّرَّاعِ وَالْفَلَّاحِيْنَ وَالْعَامِلِيْنَ، وَاجْعَلْ أَعْمَالَهُمْ فِي مِيزَانِ حَسَنَاتِهِمْ، وَارْزُقْنَا الإِخْلَاصَ وَالتَّوَاضُعَ وَالْقَنَاعَةَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Kunjungi juga akun media sosial Pondok Lirboyo