Khutbah Jumat: Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan dan Nafkah Anak

Anak-anak adalah perhiasan dunia dan kebanggaan orang tua, berhak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan. Namun, tak semua anak bernasib baik, secara fisik, mental, spiritual, atau sosial. Sebagai makhluk sosial, kita bertanggung jawab merawat dan mencegah anak-anak terlantar di sekitar kita.
Teks Khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Agar Anak Kita Tak Menjadi Anak Terlantar". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللّٰهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءًۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Mengawali khutbah Jumat ini, marilah kita senantiasa mengingat akan segala anugerah yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Untuk kemudian kita syukuri dan gunakan di jalan kebaikan serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Pada kesempatan ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Artinya, “Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu,” (QS An-Nisa : 1).
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah
Dalam Al-Qur’an, anak-anak disebut sebagai perhiasan kehidupan dunia, baik dan indah sifatnya serta bermanfaat bagi manusia. Mereka juga menjadi kebanggaan, terutama bagi kedua orangtua. Dalam Surat Al-Kahf ayat 46, Allah SWT berfirman:
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا
Artinya, "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi (pahalanya) adalah lebih baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."
Begitulah, secara ideal seorang anak akan memiliki kedudukan yang istimewa di hati orang tuanya, sehingga ia akan dipenuhi hak-haknya. Secara kebutuhan fisik, ia akan dipenuhi sandang dan pangannya. Diberikan makanan dan minuman yang bergizi, yang mendukung tumbuh kembang anak. Kemudian mereka juga diberikan pendidikan yang baik.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah
Namun, terkadang karena berbagai faktor, sebagian dari mereka memiliki nasib yang kurang beruntung, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Dalam istilah sosial, anak ini dapat disebut sebagai anak terlantar. Mereka membutuhkan perhatian dari orang-orang di sekelilingnya.
Pemerintah memiliki kewajiban untuk memelihara mereka, seperti amanat yang tertuang dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa: Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
Namun, kita sebagai sesama makhluk sosial, pun dapat ikut serta dalam merawat mereka atau bahkan kita dapat ikut mencegah, agar tidak ada anak-anak yang terlantar di sekitar kita. Oleh karena itu, dalam unit terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga, penting untuk menciptakan pola pengasuhan yang baik.
Seorang ayah, ia memiliki peran penting dalam memberikan nafkah yang layak kepada keluarganya. Diberikan makanan yang halal dan baik. Sebagaimana firman Allah:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya, “Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata,” (QS Al-Baqarah: 168).
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman:
وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ
Artinya, “Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut,” (QS Al-Baqarah: 233).
Begitu istimewa tugas seorang ayah dalam memberikan nafkah tersebut, sehingga Allah juga bakal memberikan balasan yang istimewa bagi para pencari nafkah keluarga. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ
Artinya, “Sungguh, tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan semata-mata karena Allah, kecuali kamu akan mendapatkan pahala karenanya, bahkan makanan yang kamu berikan kepada istrimu,” (HR Al-Bukhari).
Demikianlah, pahala besar yang Allah sediakan bagi kita semua yang sedang berusaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak-anak kita.
Dan jangan sampai kita melupakan tanggung jawab tersebut. Bahkan, alih-alih memberikan nafkah untuk keluarga, harta yang kita miliki justru dihabiskan untuk kemaksiatan, seperti ikut judi online dan lain sebagainya. Na'udzubillahi min dzalik.
Sidang Jum’ah rahimakumullah
Kemudian, secara mental dan spiritual, anak-anak juga perlu diberikan pendidikan yang baik, yang dapat menjadi bekalnya di masa depan. Diajari tentang akhlak yang baik, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti dan bermanfaat bagi sekitarnya. Juga yang terpenting, agar ia selamat dunia akhirat. Hal ini sesuai dengan ajaran dari Nabi Muhammad SAW:
أَكْرِمُوْا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوْا آدَابَهُمْ
Artinya, "Muliakanlah anak-anakmu, perbaikilah adab mereka," (HR Ibnu Majah).
Bagi anak-anak, pendidikan ini menjadi penting. llmu agama akan menuntun mereka ke jalan kebenaran yang diridhai Allah. Begitu pula dengan ilmu umum atau keterampilan, dapat menjadi bekal mereka dalam mengarungi kehidupan di dunia. Seperti yang termaktub dalam sebuah syiir dalam kitab Alala:
تَعَـلَّمْ فَاِنَّ اْلعِلْمَ زَيْنٌ لِأَهْلِهِ # وَفَضْلٌ وَعُنْوَانٌ لِكُلِّ الْمَحَامِدِ
Belajarlah, karena sesungguhnya ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya, dan keutamaan serta tanda bagi setiap hal yang terpuji
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Begitulah, kita semua memiliki peran dan tanggung jawab, agar anak-anak kita tak menjadi anak-anak yang terlantar. Pemberian nafkah yang halal dan baik. Kemudian memberikan mereka bekal ilmu pengetahuan, terutama ilmu agama, sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan.
Untuk mengakhiri khutbah ini, marilah kita senantiasa berdoa agar Allah memberikan kita semua rahmat, keberkahan, dan keselamatan. Serta menjauhkan kita dari segala penyakit dan musibah. Amin ya Rabbal Alamin.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللّٰهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرْ
Ustadz Ajie Najmuddin, Pengurus MWCNU Banyudono Boyolali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar