Kisah Diyem, dari Gerobak Jamu Mampu Berhaji ke Tanah Suci Halaman all - Kompas - Opsiinfo9

Post Top Ad

demo-image

Kisah Diyem, dari Gerobak Jamu Mampu Berhaji ke Tanah Suci Halaman all - Kompas

Share This
Responsive Ads Here

 

Kisah Diyem, dari Gerobak Jamu Mampu Berhaji ke Tanah Suci Halaman all - Kompas

682482c26e5cf

SURABAYA, KOMPAS.com Diyem Wiryo Rejo, nenek penjual jamu keliling asal Gedongan, Kota Mojokerto, Jawa Timur, akhirnya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Diyem, perempuan berusia 65 tahun, berangkat haji melalui Embarkasi Surabaya yang tergabung dengan kloter 47.

Sehari-hari, ia merupakan penjual jamu keliling. Tubuhnya yang kian renta, tapi semangatnya tak pernah sirna.

Baca juga: Dinkes: Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak Diderita Jemaah Haji Asal Banyuwangi

Tunggu Putin di Turkiye, Zelensky Minta Perang Diakhiri Secara Adil

Untuk tak seberapa dari hasil mendorong gerobak jamu sehari-hari, ia tabung selama bertahun-tahun.

“Saya kumpulkan sedikit demi sedikit di rumah untuk ditabung. Kalau ada rezeki, satu bulan bisa terkumpul satu juta,” katanya di Embarkasi Surabaya, Rabu (14/5/2025).

Dalam sehari, Diyem bisa mendapat untung sebesar Rp 100.000 hingga Rp 200.000 per hari. Namun, jumlah itu juga tak tentu dia kantongi setiap harinya.

“Namanya juga jualan, kalau sepi ya tidak dapat segitu,” ucapnya.

Baca juga: Setiap Jemaah Haji Aceh Dapat Living Cost, Segini Besarannya

Setiap tabungannya terkumpul sebesar Rp 1 juta, dia memutuskan untuk menyimpan uangnya di bank.

“Kalau sudah satu juta, saya tabung ke bank,” bebernya.

“Ketika saya menabung itu, teman saya bilang kalau kamu ada tabungan, buat daftar haji saja. Dari situ saya timbul keinginan kuat untuk mendaftar haji,” imbuhnya.

Butuh waktu yang cukup lama, yakni 10 tahun, bagi Diyem untuk sampai terkumpul Rp 25 juta untuk modal mendaftar haji pada tahun 2012 silam.

Diyem mendaftar haji bersama suaminya yang sehari-hari bekerja sebagai penjual nasi goreng.

“Saya mendaftar haji bersama suami. Kebetulan beliau pun ada tabungan untuk mendaftar haji dari hasil pekerjaannya sebagai penjual nasi goreng,” tuturnya.

Diyem mengenang bagaimana semangatnya tumbuh setiap hari untuk bisa mencapai ke Baitullah.

Ia berjualan jamu keliling sejak tahun 1970 dengan gendongan.

“Saya sangat bersyukur dengan apa yang sudah saya raih. Ingat waktu saya awal-awal jualan jamu pada usia 11 tahun, sekitar tahun 1970. Saya lebih susah saat itu karena jualan jamu gendong,” kenangnya.

Di saat anak remaja seusianya kala itu lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dan belajar, dia memutuskan untuk berjualan jamu demi menyambung hidup.

“Anak-anak seusia saya masih senang main, saya sudah jualan jamu gendong keliling. Kalau lama tidak ada yang beli, saya duduk dulu. Berat kan,” bebernya.

Akhirnya, penantian pasangan ini selama kurang lebih 13 tahun terbayarkan.

Mereka terdaftar sebagai jemaah haji Embarkasi Surabaya pada 2025.

“Sampai sekarang masih jualan. Ini libur karena naik haji. Kalau tidak jualan, badan rasanya pegal semua. Anak-anak sudah melarang tetapi Alhamdulillah badan saya masih sehat dan bisa mandiri,” pungkasnya.

Diyem dan suaminya dijadwalkan terbang ke Tanah Suci dari Bandara Internasional Juanda Sidoarjo pada Kamis (15/5) pukul 10.20 WIB bersama kloter 47.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Momen Trump Tinggalkan Riyadh Menuju Qatar, Diantar Putra Mahkota Arab Saudi MBS

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages