Menolong Korban Bencana, Meneladani Ajaran Nabi Muhammad - NU Online

Central Informasi
By -
0

 

Menolong Korban Bencana, Meneladani Ajaran Nabi Muhammad 

NU Online  ·  Jumat, 5 Desember 2025 | 14:52 WIB

Menolong Korban Bencana, Meneladani Ajaran Nabi Muhammad 

menolong korban bencana (freepik)

Syifaul Qulub Amin

Kolomnis

Bencana longsor dan banjir yang melanda Sumatera;  Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara menyisakan duka mendalam bagi seluruh bangsa Indonesia. Musibah ini bukan hanya mengguncang mereka yang berada di lokasi kejadian, tetapi juga hati kita semua sebagai satu keluarga besar. 


Di negeri yang dikenal dengan budaya gotong royong, kepedulian seakan tumbuh dengan sendirinya. Nilai itu menggerakkan siapa pun untuk turun tangan, memberi bantuan semampunya, dan menjadi bagian dari ikhtiar meringankan beban sesama.


Terlebih di masa pascabencana seperti sekarang, memenuhi kebutuhan pokok para penyintas menjadi prioritas utama. Bantuan yang disalurkan bukan sekadar meringankan beban, tetapi juga memberi harapan untuk menata kembali kehidupan para penyintas. 


Anjuran Menolong Korban Bencana Alam dalam Hadits

Baca Juga

Khutbah Jumat: Tiga Sikap Bijaksana Menghadapi Bencana


Islam menaruh perhatian yang sangat besar kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan. Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk tidak berpaling dari mereka yang tertimpa musibah. Sebaliknya, kita dianjurkan hadir sebagai penolong, menyapa, menguatkan, dan membantu para korban yang sedang diuji musibah.

 

Rasulullah bersabda;


ومنه ما روي عن النبي ﷺ أنه قال: خصلتان لا شيء أفضل منهما: الإيمان بالله والنفع للمسلمين وخصلتان لا شيء أخبث منهما الشرك بالله والضر بالمسلمين

Baca Juga

Hukum Pembatalan Shalat untuk Penyelamatan Diri dari Bencana

Artinya: “Dan termasuk nasihat (pertama) adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad, bahwa beliau bersabda: ‘Dua perkara yang tidak ada yang lebih utama darinya: beriman kepada Allah dan memberi manfaat kepada kaum Muslimin. Dan dua perkara yang tidak ada yang lebih buruk darinya: menyekutukan Allah dan menyakiti kaum Muslimin.’” (Hadits yang dikutip Syekh Nawawi Banten dalam kitab Nasha'ihul Ibad). 


Menurut Syekh Nawawi al-Bantani, ketika menjelaskan hadits ini, memberi manfaat kepada orang lain dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tidak selalu harus dengan materi, tenaga yang kita miliki, jabatan yang kita emban, bahkan dukungan melalui lisan atau tulisan pun termasuk bentuk kebaikan yang sangat bernilai. Semua itu merupakan wujud nyata dari semangat membantu sesama. (Syekh Nawawi Banten, Nasha’ihul ‘Ibad (Maktabah At-Turmusy Litturots, 2019, hlm. 17).

Baca Juga

Arti Mimpi tentang Banjir dan Hujan


Hadits ini juga dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin dengan redaksi yang sedikit berbeda, tapi substansi sama, sebagaimana berikut:


وقال صلى الله عليه وسلم خصلتان ليس فوقهما شيء من الشر الشرك بالله والضر لعباد الله وخصلتان ليس فوقهما شيء من البر الإيمان بالله والنفع لعباد الله 

Artinya: "Nabi Muhammad SAW bersabda: Ada dua tabiat yang lainnya tidak ada yang lebih buruk daripada dua tabiat ini, yaitu (1) menyekutukan Allah, dan (2) toxic kepada Muslimin. Juga ada dua tabiat yang lainnya tidak ada yang lebih utama daripada dua tabiat ini, yaitu (1) beriman kepada-Nya, dan (2) memberi manfaat kepada Muslimin.” (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya' Ulumiddin, [Beirut: Darul Ma'rifah, t.t.], jilid II, hal. 208).


Dalam catatan kaki (ta'liq) kitab Nasha'ihul Ibad  terbitan Maktabah At-Turmusy, Ibnu Harju al-Jawi (juga dikenal dengan nama Mbah Ryan), menyebutkan bahwa hadits ini disebut oleh Imam Dailami dalam kitab al-Firdaus, penjelasan serupa juga disampaikan oleh Imam al-'Iraqi, dan hadits ini merupakan hadits yang riwayatnya bersanad ke Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah. (Lihat dalam catatan kaki Nasha'ihul Ibad terbitan Maktabah At-Turmusy, hal. 17).  

Artinya, siapa pun yang memiliki kemampuan finansial dapat menyalurkannya dalam berbagai bentuk bantuan—mulai dari uang, makanan, pakaian, tenda untuk hunian sementara, hingga kebutuhan pokok lainnya. Bagi para pejabat atau pemegang kebijakan, dukungan bisa diwujudkan melalui langkah, langkah strategis yang fokus pada penanganan dan pemulihan pascabencana.

Sementara itu, bagi warga yang tinggal dekat dengan lokasi musibah dan hanya memiliki tenaga, kontribusi tetap bisa diberikan. Mereka dapat ikut membersihkan area terdampak, bergotong royong bersama relawan, atau terlibat dalam aksi kemanusiaan lainnya. Bahkan bagi yang hanya mampu menyebarkan dukungan lewat media sosial memberi semangat, menyebarkan informasi positif, dan menabur optimisme itu pun merupakan bentuk bantuan yang berarti.

Selanjutnya, terdapat juga hadits ini, Rasulullah SAW secara spesifik mendorong kita untuk memenuhi kebutuhan siapa saja yang sedang membutuhkan. Nabi bersabda:


قال رسول الله ﷺ: من أصبح لا ينوي الظلم على أحد غفر له ما جنى، ومن أصبح ينوي نصرة المظلوم وقضاء حاجة المسلم كانت له كأجر حجة مبرورة

Artinya: "Rasulullah SAW bersabda: 'Siapa saja yang memasuki waktu pagi dalam keadaan tidak memiliki niat untuk berbuat kezaliman kepada siapa pun, niscaya dia diampuni apa yang dilakukan. Dan siapa saja yang memasuki waktu pagi dalam keadaan berniat menolong seseorang yang terzalimi atau memenuhi kebutuhan seorang Muslim, niscaya dia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahalanya haji mabrur'." (HR Imam al-Qudha'i).


Sejalan dengan hadits sebelumnya, terdapat pula riwayat dari Imam Abu Nu‘aim yang menegaskan betapa besarnya nilai membantu sesama. Rasulullah SAW bersabda;


وقال ﷺ: أحب العباد إلى الله تعالى أنفع الناس للناس، وأفضل الأعمال إدخال السرور على قلب المؤمن يطرد عنه جوعا أو يكشف عنه كربا أو يقضى له دينا. 

Artinya: "Rasulullah SAW bersabda: 'Hamba yang paling disenangi Allah SWT adalah dia yang paling bermanfaat kepada masyarakat. Dan amal yang paling utama adalah memberi kebahagiaan di hati Mukimin, dengan cara memberi makanan sampai kenyang, menghilangkan kesedihannya, atau melunasi hutangnya'." (HR Abu Nu'aim dalam kitab Hilyatul Auliya).


Walhasil, pesan hadits-hadits di muka dengan tegas dan spesifik mengajak kita untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup para korban terdampak bencana alam. Mari bersama-sama kita tumbuhkan kembali kebiasaan gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. 

Warga Sibolga, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, hingga Tapanuli Tengah, dan semua korban terdampak sedang membutuhkan kebutuhan pokok itu. Di samping bisa meringankan beban masyarakat yang terdampak, kita juga akan mendapatkan pahala dan keutamaan yang telah dijelaskan dalam hadits di atas. Wallahu a'lam.

--------------
Syifaul Qulub Amin, Alumnus PP Nurul Cholil Bangkalan dan Pegiat Literasi Keislaman

NB; Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.
 

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
6/related/default