Perahu Penyeberangan Darurat di Bireuen Terbalik, GP Ansor Aceh Desak Respons Cepat Pemerintah
NU Online · Jumat, 5 Desember 2025 | 09:30 WIB
Perahu penyebrangan di Bireuen akibat jembatan putus efek banjir. (Foto: Helmi Abu Bakar)
Bireuen, NU Online
Sebuah perahu motor penyeberangan darurat di Krueng Tingkeum, Kutablang, Kabupaten Bireuen, terbalik pada Kamis (4/12/2025) waktu subuh.
Peristiwa ini memicu kekhawatiran publik karena fasilitas darurat tersebut menjadi satu-satunya akses warga setelah Jembatan Krueng Tingkeum putus akibat banjir pada 28 November lalu.
Insiden terjadi sekitar pukul 05.30-06.00 WIB dan menimbulkan kepanikan setelah beredar kabar bahwa sejumlah penumpang hanyut terbawa arus sungai yang sedang deras. Perahu motor milik nelayan setempat itu selama ini menjadi tumpuan masyarakat untuk menyeberang, meski tidak memenuhi standar keselamatan.
Baca Juga
Korban Banjir Aceh Bertambah, PC ISNU Pidie Salurkan Bantuan untuk Warga Terdampak
Ketua PW GP Ansor Aceh H Azwar A Gani (Gus Atok) menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa tersebut. Ia mendesak pemerintah segera menyediakan fasilitas penyeberangan yang aman agar warga tidak terus-menerus mempertaruhkan nyawa.
“Ini bukan sekadar kecelakaan kecil. Ini alarm keras bahwa warga sedang dipaksa mempertaruhkan nyawa hanya untuk menyeberang,” ujar Gus Atok.
Menurutnya, pemerintah daerah maupun pusat harus bergerak cepat dengan kebijakan nyata, bukan sekadar melakukan rapat atau survei lokasi tanpa tindak lanjut.
“Negara tidak boleh absen. Jika jembatan belum bisa diperbaiki sekarang, minimal pemerintah menyediakan jembatan bailey, ponton darurat, atau kapal penyeberangan standar. Jangan tunggu ada korban jiwa baru bertindak,” tegasnya.
Baca Juga
Anak-Anak di Pidie Jaya Aceh Belajar dan Mengaji di Kamp Pengungsian
Ia menjelaskan bahwa jalur tersebut merupakan akses penting bagi warga untuk bekerja, bersekolah, serta distribusi logistik. Jika situasi ini dibiarkan berlarut, ia menilai akan muncul persoalan lanjutan bagi masyarakat.
“Jika jalur ini terhenti terlalu lama, ekonomi warga lumpuh, akses kesehatan terganggu, dan anak sekolah terancam putus belajar. Dampaknya berantai,” ujarnya.
Kecemasan publik meningkat setelah insiden ini menunjukkan tingginya risiko penggunaan fasilitas penyeberangan darurat yang tidak memadai.
Kepala Kantor Basarnas Banda Aceh Ibnu Harris Al Hussain membenarkan kejadian tersebut. Ia memastikan seluruh penumpang selamat dan membantah kabar yang sempat beredar mengenai korban hanyut.
Baca Juga
Walhi Aceh Sebut Pembalakan Liar dan Kebun Sawit Jadi Biang Kerok Banjir di Pulau Sumatra
“Betul, ada perahu yang terbalik. Namun informasi awal mengenai banyak korban hanyut tidak benar. Ada empat orang di dalam perahu dan semuanya berhasil diselamatkan,” tegas Ibnu Harris.
Ia menjelaskan bahwa derasnya arus sungai pascahujan, ditambah penggunaan perahu kecil non-standar, menjadi faktor penyebab kecelakaan. Tim SAR bersama warga bergerak cepat mengevakuasi seluruh penumpang.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pengumuman resmi terkait percepatan pembangunan jembatan pengganti maupun penyediaan fasilitas penyeberangan yang lebih aman.