Sejarah Angkatan Laut Pertama dalam Islam

Pada masa awal Islam, kekuatan militer lebih terfokus pada pertempuran darat. Namun, seiring ekspansi ke wilayah pesisir dan kepulauan, kebutuhan akan angkatan laut semakin mendesak untuk mempertahankan wilayah dan mengamankan jalur perdagangan maritim. Angkatan laut pertama dalam Islam dibentuk sebagai respons terhadap tantangan ini.
Menurut al-Baladzuri, gagasan pembentukan armada laut Islam pertama kali diusulkan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Gubernur Syam, kepada Khalifah Umar bin Khattab. Mu’awiyah menyoroti ancaman dari armada laut Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium) yang kuat. Namun, Khalifah Umar belum menyetujui usulan tersebut karena melihat risiko yang ada, dimana Umat Islam belum memiliki pengetahuan untuk membangun armada angkatan laut (Futuhul Buldan, [Beirut: Dar wa Maktabahtul Hilal, 1988], hlm. 173).
Sejarawan Turki, Vesile ÅžEMÅžEK, menyebutkan dalam artikelnya "On Maritime Activities in the History of Islamic Civilization", bahwa Khalifah Umar tidak menolak secara mentah-mentah, namun beliau memerintahkan Gubernur Syam Mu'awiyyah bin Abi Sufyan dan Gubernur Mesir untuk melakukan kajian lebih jauh tentang wilayah laut umat Islam.
Khalifah Umar kemudian memerintahkan kepada kedua gubernurnya untuk memperkuat pertahanan garis pantai dengan memperbaiki benteng-benteng dan menara pengawas, menempatkan banyak tentara untuk melindungi kaum muslimin dari serang Armada Laut Byzantium (Visele ŞEMŞEK, "On Maritime Activities in the History of Islamic Civilization" [Turkish Journal Park Academic: Medeniyet Araştırmaları Dergisi, Vol. 9, No 1, 2024], hal. 38)
Ekspedisi Pertama Angkatan Laut Islam
Setelah wafatnya Khalifah Umar, estafet kepemimpinan Islam dipimpin oleh Khalifah Utsman bin Affan (w. 35 H). Setelah melihat kajian tentang keamanan laut wilayah Islam dan fasilitas pertahanan garis pantai yang dibangun pada masa Khalifah Umar, maka Khalifah Utsman menyetujui pembentukan angkatan laut Islam.
Setelah mendapat dukungan Khalifah Utsman, Mu’awiyah bersama Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh membentuk angkatan laut Islam. Menurut Ibnu Atsir dalam Al-Kamil fit Tarikh, ekspedisi laut pertama terjadi pada tahun 28 H (649 M) dengan serangan ke Pulau Cyprus. Dipimpin oleh Mu’awiyah, pasukan Muslim berhasil menaklukkan pulau tersebut dan menjadikannya basis pertahanan maritim (Ibnu Atsir, Al-Kamil fi at-Tarikh, [Beirut: Darul Kitabul ‘Arabi, 1997], jilid II, hlm. 468).
Imam Ath-Thabari dalam Tarikhur Rusul wal Muluk menyebutkan bahwa armada Islam juga menaklukkan Rhodes dan beberapa wilayah pesisir lainnya. Keberhasilan ini menunjukkan efektivitas angkatan laut dalam memperluas wilayah kekuasaan Islam (Ath-Thabari, Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk (Mesir: Darul Ma’arif, 1967), jilid IV, hlm. 288).
Pertempuran Dzatus Sawari (655 M)
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah angkatan laut Islam adalah Pertempuran Dzatus Sawari (Perang Tiang Kapal) pada tahun 34 H (655 M). Menurut Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah, armada Islam yang dipimpin Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh mengalahkan armada Byzantium di bawah Kaisar Konstantin II.
Meskipun Byzantium lebih berpengalaman dalam perang laut, kemenangan besar ini menegaskan dominasi Islam di Laut Mediterania Timur (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah [Riyadh: Dar ‘Alamul Kutub, 1997], jilid X, hlm. 237)
Dampak pada Militer dan Perekonomian
Pembentukan angkatan laut Islam menjadi kunci keberhasilan militer pada masa berikutnya. Armada ini mempermudah ekspansi wilayah untuk menyebarkan dakwah Islam. Peran Khalifah Utsman, Mu’awiyah, dan Abdullah bin Sa’ad sangat besar dalam membangun fondasi angkatan laut ini.
Selain memperkuat militer, angkatan laut juga menjaga keamanan perekonomian, terutama di Laut Mediterania. Jalur laut pada masa itu penting untuk distribusi barang, namun rawan ancaman dari armada Romawi.
Dengan kehadiran angkatan laut Islam, pedagang Muslim mendapatkan perlindungan, sehingga mempercepat perkembangan ekonomi Islam. Wallahu a'lam.
Ustadz Muhamad Iqbal Akmaludin, Alumni Darus-Sunnah International Institute For Hadith Sciences dan UIN Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar